Arsip

Universitas Perwira Purbalingga Gelar Kuliah Umum “Agile Governance di Indonesia: Antara Harapan dan Tantangan”

Purbalingga, 17 Oktober 2025 — Universitas Perwira Purbalingga (Unperba) kembali menyelenggarakan kegiatan akademik yang memperkaya wawasan mahasiswa melalui kuliah umum bertema “Agile Governance di Indonesia: Antara Harapan dan Tantangan.”

Kegiatan ini menghadirkan narasumber Prof. Dr. H. Didin Muhafidin, S.Ip., M.Si., Guru Besar Kebijakan Publik FISIP Universitas Padjadjaran, Rektor Universitas Al Ghifari, sekaligus Wakil Ketua Forum Rektor Indonesia periode 2024–2025.

Acara berlangsung pada Jumat, 17 Oktober 2025 di Auditorium Universitas Perwira Purbalingga dan dihadiri oleh jajaran Yayasan Perguruan Karya Bhakti, di antaranya H. Wijilaksono Dwi A., S.H., Wisnudi Bargowo, Bc.Hk., Dr. Kamson, S.H., M.M., M.Pd., Anton Harri Nugroho, S.E., M.M., serta Drs. Kustomo, M.M..

Turut hadir Rektor Universitas Perwira Purbalingga, Dr. Eming Sudiana, M.Si., Wakil Rektor Dr. Ir. Nastain, S.T., M.T., IPU, Ketua LKK Puji Hartati, S.Si., M.Kes., Kepala Biro Umum Sukirto Hadi, S.Pd., M.Si., dan Kepala Bagian Akademik dan Kemahasiswaan Ronny Sungging Putra, S.Pd.

Dalam sambutannya, Rektor Universitas Perwira Purbalingga Dr. Eming Sudiana, M.Si. menegaskan pentingnya mahasiswa memiliki sikap agile atau kelincahan dalam menghadapi tantangan zaman. “Mahasiswa harus memiliki kemampuan beradaptasi, berpikir kritis, dan terus belajar sepanjang hayat agar siap menghadapi dinamika global yang serba cepat,” ungkapnya. Rektor menambahkan bahwa semangat agile tidak hanya dibutuhkan dalam pembelajaran akademik, tetapi juga dalam berorganisasi dan berinteraksi sosial, sebagai bekal untuk menjadi sarjana yang tangguh dan berkarakter.

Dalam paparannya, Prof. Didin menjelaskan bahwa Agile Governance merupakan tata kelola pemerintahan yang lincah, gesit, dan adaptif dalam merespons perubahan yang tidak terduga. Konsep ini menekankan pentingnya birokrasi yang fleksibel, kolaboratif, dan mampu berinovasi, guna meningkatkan efisiensi biaya dan kualitas pelayanan publik. Menurut Prof. Didin, banyak negara gagal mempertahankan eksistensinya karena tidak mampu beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan.


“Negara yang tidak memiliki sistem pemerintahan yang tangkas akan kehilangan arah dan kepercayaan publik. Pemerintahan harus mampu belajar dari perubahan dan menjadikannya peluang,” ujar beliau.Lebih lanjut, Prof. Didin mencontohkan keberhasilan penerapan Agile Governance di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam menangani krisis ekonomi pascapandemi COVID-19.Pemerintah DIY dinilai berhasil menerapkan kebijakan adaptif, memperkuat kolaborasi lintas sektor, serta memanfaatkan teknologi digital seperti platform SiBakul untuk mendukung pemulihan ekonomi masyarakat.“Agile Governance bukan hanya tentang kecepatan bertindak, tetapi juga kemampuan reflektif dan kolaboratif dalam memberikan solusi nyata bagi publik,” jelasnya. Prof. Didin juga menguraikan berbagai tantangan penerapan Agile Governance di Indonesia, antara lain budaya birokrasi yang paternalistik, rendahnya literasi kebijakan, serta lemahnya karakter aparatur. Beliau menegaskan pentingnya membangun aparatur yang berintegritas, kreatif, komunikatif, dan berorientasi pelayanan publik. 


“Harapan kita adalah terciptanya pemerintahan yang efisien, transparan, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Itulah esensi dari Agile Governance,” pungkasnya.

Melalui kuliah umum ini, Universitas Perwira Purbalingga menegaskan komitmennya untuk terus menghadirkan pembelajaran yang relevan dengan perkembangan zaman. Kegiatan ini menjadi wadah bagi mahasiswa untuk memahami dinamika kebijakan publik serta menumbuhkan karakter adaptif dan inovatif dalam menghadapi perubahan global.